Selasa, 13 Desember 2011

Adikku Sayang


Aku lahir di suatu desa di pegunungan yang sangat terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan kami, setiap hari dengan berpeluh orangtuaku membajak lahan kami yang tandus. Dan, aku mempunyai seorang adik laki-laki yag usianya tiga tahun lebih muda dari aku.
Suatu saat, karena tertarik untuk membeli sebuah sapu tangan yang di pakai oleh banyak gadis di desa kami, aku mencuri uag lima puluh sen dari laci ayahku.
Ayahku segera menyadari kehilangan uang tersebut. Ayah memerintahkan aku dan adikku untuk berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu ?” ayah bertanya dengan sangat marah. Aku terdiam, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah semakin marah ketika tidak ada yang mengaku, dan ia berkata, “Baik , kalau begitu kalian berdua akan ku hajar !” Ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya !”
Tongkat panjang itu segera bertubi-tubi menghantam punggung adikku. Ayah begitu marah, sehingga ia lupa diri dan berus menerus memukul adikku sampai beliau kehabisan nafas.

Sesudah itu, ayah duduk di atas ranjang batu kami dan memarahi adikku, “Kamu sudah belajar mencuri sekarang, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang ? …. Kamu layak dipukul sampai mati !!! Kamu pencuri tidak tahu malu !!!
Malam itu Ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Pada tengah malam, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semua telah terjadi.” Aku masih saja membenci diriku, karena tidak memiliki cukup keberanian untuk mengakui perbuatanku.
Bertahun-tahun telah lewat, tetapi kejadian tersebut seakan baru terjadi kemarin. Aku tak pernah melupakan wajah adikku waktu ia melindungiku. Ketika itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun. Setelah adikku lulus SMP, ia akan melanjutkan ke sebuah SMA di kabupaten. Pada saat yang bersamaan, aku di terima disebuah universitas propinsi. Malam itu ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, terus-menerus sampai menghabiskan berbungkus-bungkus rokok.

Aku mendengarnya menggerutu, “Kedua anak kita memberikan hasil yang sangat baik…hasil yang sangat baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya ? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus ?”
Saat itu juga, adikku berjalan keluar menghampiri ayah dan berkata, “Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku.
”Ayah mengayunkan tangannya dan memukul wajah adikku. “Keparat, mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah ? Sekalipun hal tersebut berarti aku harus mengemis dijalanan, aku akan tetap menyekolahkan kalian berdua sampai selesai !!” Setelah itu ayah mengetuk setiap rumah di desa kami untuk mencoba meminjam uang.
Dengan penuh kelembutan, aku menjulurkan tanganku ke wajah adikku yang membengkak. Aku mencoba menasehatinya, “Seorang anak laki-laki harus melanjutkan sekolahnya. Jika tidak, maka ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku seorang wanita. Sekolah tidaklah terlalu penting. Aku telah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke universitas.

Pada keesokan harinya, sebelum fajar menyingsing, di luar dugaan, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, “Kak, masuk ke universitas itu tidaklah mudah. Aku akan pergi mencari kerja dan mengirimi-mu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, sambil menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Saat itu adikku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun. Dengan uang hasil pinjaman ayah pada beberapa warga desa, ditambah dengan uang dari adikku (hasil kerja adik sebagai kuli panggul semen di lokasi konstruksi), akhirnya aku berhasil melewati tahun ketiga di universitas.

Pada suatu hari, ketika aku sedang belajar dikamar, teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk desa menunggumu di luar !”
Mengapa ada seorang penduduk desa mencariku ? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku bertanya kepadanya, “Mengapa tidak kamu katakan bahwa kamu adalah adikku ?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihatlah penampilanku. Apa yang akan mereka pikirkan, jika mereka tahu bahwa aku adalah adikmu ? Apakah mereka tidak akan menertawakanmu ?” Aku merasa sangat terharu dan air mata kembali mengalir dari mataku. Aku membersihkan semua debu yang melekat pada adikku, dengan agak tersendat-sendat aku berkata, “ Aku tidak peduli omongan siapapun ! Kamu adalah adikku…apapun juga ! Kamu adalah adikku bagaimanapun penampilanmu…”
Dari sakunya ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya di rambutku, dan kemudian menjelaskan, “Aku melihat semua gadis di kota memakainya. Jadi, aku pikirkamu juga harus memakainya. “Dan, aku pun tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku memeluk adikku, menangis dan menangis…
Waktu terus berlalu, adikku telah berusia 20 tahun sedangkan aku berusia 23 tahun. Saat aku pertama kali membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan rumahku terlihat bersih.

Setelah pacarku pulang , aku menari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita !” Ibu hanya tersenyum dan berkata, “Ini adalah karena adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya ? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat wajahnya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit obat pada lukanya dan membalut lukanya.
“Apakah masih sakit ?” aku bertanya kepadanya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap saat. Hal tersebut bahkan tidak menghentikanku untuk bekerja dan … “
Di tengah kalimat itu ia berhenti… Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, air mataku mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun terus berlalu, dan saat aku menikah, adikku berusia 23 tahun, sedangkan aku berusia 26 tahun. Setelah menikah aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orantuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka selalu menolak.

Mereka mengatakan, jika meninggalkan desa, mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat. Adikku juga tidak setuju, ia berkata, “Kak, jaga saja mertuamu. Aku akan menjaga ibu dan ayah disini.”
Suamiku menjadi Direktur di pabrik tempat ia bekerja. Kami menginginkan agar adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada bagian pemeliharaan alat teknik. Tetapi, adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras untuk tetap bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari adikku terkena sengatan listrik ketika ia naik tangga untuk memperbaiki kabel listrik.

Ia dimasukkan ke rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Setelah melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu. “Mengapa kamu menolak tawaran untuk menjadi seorang manajer ? Seorang manajer tidak akan pernah melakukan Sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihatlah dirimu saat ini, mendapat luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mendengarkan kami sebelumnya ?”
Dengan wajah serius, ia menjelaskan. “Pikirkanlah kakak ipar…ia baru saja menjadi seorang direktur, dan aku tidak mempunyai pendidikan. Jika aku dijadikan seorang manajer, gossip seperti apa yang akan tersebar ?” Mataku dan mata suamiku dipenuhi oleh air mata, lalu keluarlah perkataanku dengan terpatah-patah, “tetapi, kamu kurang pendidikan juga karena aku !”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” jawab adikku sambil menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun, sedangkan aku berusia 29 tahun.
Adikku berusia 30 tahun ketikaia menikah dengan seorang gadis petani dari desa kami. Pada acara pernikahannya, pembawa acara bertanya kepadanya, “Siapakah yang paling Anda hormati dan Anda kasihi ?” Bahkan tanpa berpikir, ia segera menjawab, “Kakak’ku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika aku masih di sekolah dasar, sekolah kami berada di desa yang berbeda. Setiap hari kakakku dan aku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan dua jam untuk pulang ke rumah. Suatu hari, aku kehilangan salah satu sarung tanganku.
Lalu, kakakku memberikan satu dari sarung tangannya. Dan, ia hanya memakai satu sarung tangan saja dan berjalan sangat jauh.

Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin, sampai-sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu aku bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan menjaga kakakku dan berbuat baik kepadanya.”
Tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Bibirku begitu terasa berat dan sulit untuk mengucapkan kata-kata, “Dalam hidupku, orang yang kepadanya aku sangat berterima kasih adalah adikku.”

Dan, pada saat yang paling berbahagia itu, didepan kerumunan orang banyak dalam perayaan itu, air mataku mengalir turun seperti sungai membasahi wajahku.

Seorang Gadis Sholehah Bernama Bar'ah

Ini adalah kisah gadis berumur 10 tahun bernama Bar`ah, yang orangtuanya dokter dan telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pada usia ini, Bar `ah menghafal seluruh Al Qur’an dengan tajweed, dia sangat cerdas dan gurunya mengatakan bahwa dia sudah maju untuk anak seusianya. Keluarganya kecil dan berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya … . hingga suatu hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah dan setelah beberapa kali diperiksakan diketahuilah ibu bar’ah menderita kanker, dan kanker ini sudah dalam keadaan stadium akhir/kronis.
Ibu bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya … dan inilah ucapan ibu bar’ah kepadanya “Bar`ah aku akan pergi ke surga di depan Anda, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak.. “

Gadis kecil itu tidak benar-benar mengerti apa yang ibunya berusaha beritahukan, Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama. Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai malam sampai ayahnya datang dan membawanya pulang.
Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu ayah bar’ah bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk dan ia perlu datang secepat dia bisa melalui telepon, sehingga ayah bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia memintanya untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.

Ayah keluar dari mobilnya, dengan penuh air mata di matanya, ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit, tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis kecil ini pada saat itu…!
Tragedi Bar `ah belum selesai sampai di sini… berita kematian ayahnya yang disembunyikan dari ibu bar’ah yang masih opname di rumah sakit, namun setelah lima hari semenjak kematian suaminya akhirnya ibu bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya , dan oleh orangtua teman-teman sekolah bar’ah memutuskan untuk mencarikan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.

Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar `ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu diperiksakan , dan setelah beberapa kali tes di dapati bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mencengangkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker….inilah perkataan bar’ah kala itu:“Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang tua saya.”
Semua teman-teman dan keluarga terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah
Orang-orang mulai mendengar tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan untuk mengurusnya … ia mengirimnya ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.

Salah satu saluran TV Islam (Al Hafiz – The pelindung) mendapat kontak dengan gadis kecil ini dan memintanya untuk membaca Quran … dan ini adalah suara yang indah yang di lantunkan oleh bar’ah …
Mereka menghubungi lagi Bar’ah sebelum ia pergi ke Coma(nama kota) dan dia berdoa untuk kedua orangtuanya dan menyanyikan Nasheed …

Hari-hari terlewati dan kanker mulai menyebar di seluruh tubuhnya, para dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya, dan ia telah bersabar dengan apa yang ditetapkan Allah baginya … tapi beberapa hari setelah operasi amputasi kakinya kanker sekarang menyebar ke otaknya, lalu oleh dokter memutuskan untuk melakukan operasi otak … dan sekarang bar’ah berada di sebuah rumah sakit di Inggris menjalani perawatan
Silakan berdoa untuk Bar’ah, dan bagi saudara-saudara kita di seluruh dunia.
Video bar’ah lainnya .. .

Kunikahkan Putriku dengan Mahar Cincin Besi Putih

Dari Pak Zabir di Samarinda
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Pendengar Nurani yang budiman, aku adalah seorang ayah yang saat ini telah memasuki usia 58 tahun.., dari pernikahanku dengan istriku Yuanita –Rahimahallah- kami dikarunia seorang putri yang anggun dan cantik seperti ibunya, saat lahir kami memberinya nama -Rahma- , jujur, rahmah telah melengkapi kebahagiaan keluarga kecil kami, apalagi di semarang aku dan ibunya hanyalah seorang perantau dimana aku harus menuanikan kewajibanku sebagai seorang PNS dengan penempatan kerja sampai ke Samarinda..dan Alhamdulillah aku menikmati semua itu, bersama istri dan anak semata wayangku, kulalui hari-hari bahagia kami disana, sebagai anak pertama dan belum memiliki adik, rahma begitu kami perlakukan layakanya seorang princes, dimana setiap kebutuhannya selalu terpenuhi dengan baik.., dan sebagai seorang ayah, yang memiliki tanggung jawab penuh atas keluargaku, aku tidak segan2 memberikan apapun yang menjadi kebutuhan keluargaku, terutama istri dan anak semata wayangku, yang aku tahu saat itu, bahwa aku bekerja mencari nafkah semata2 untuk memenuhi kebutuhan dan membahagiakan keluarga kecilku.

Pendengar Nurani yang baik
Alhamdulillah dengan perjalanan waktu, Rahma tumbuh menjadi anak yang cerdas.., cantik dan anggun, dan yg membuat aku kagum dengannya, meskipun diperlakukan layaknya seorang princes, tak sedikitpun kulihat ada kecongkakkan dalam diri rahma, apalagi dihadapan teman sebayanya, bahkan jiwa sosialnya begitu sangat kental sekali kulihat, aku bangga padanya…, aku sangat berharap bahwa diusia dewasanya kelak, rahma akan tetap menjadi anak yang sosialis dan dermawan, sebagai orang tua..aku pun mulai menanamkan sebuah mimpi untuk masa depan putrid semata wayangku kelak…aku muali berangan2 bila kami diberi usia yang panjang, maka aku akan berusaha semampuku untuk menjadikan rahmah sebagai wanita terpandang dan memiliki jabatan tinggi dimasa depannya nanti..akun mulai berandai-andai bahwa pria yang bias menikahinya adalah pria yang harus memiliki kemapanan dari berbagai segi, agar anakku bias mendapatkan kebahagian penuh dari suaminya, mengingat bahwa rahma tumbuh menjadi anak yang sangat anggun…itulah mimpiku saat itu, mimpi seorang ayah yang berharap kebahagiaan penuh yg akan dirasakan oleh putrinya, mimpi seorang ayah yang menginginkan agar derajat keluarga dan anaknya akan semakin terangkat dengan menjadikan putrinya sebagai wanita berkelas dihari depannya nanti.., dan mimpi seorang ayah yang hidup diera modern saat ini…dan aku yakin mimpi itu bias terwujud dan bias menjadi nyata apabila aku bersungguh2 memberi dukungan padanya..

Pendengar Nurani yang baik
Berbagai upaya mulai aku lakukan.., apalagi ketika rahma mulai memasuki masa remajanya, dan memang benar..subhanallah..keanggunan dan kecantikan putriku semakin jelas terbias..dan aku yakin bahwa nilai dari kecantikan dan keanggunannya itu akan sangat tinggi, apalagi disekolahnya rahma juga tergolong anak yang cerdas.., meskipun tidak pernah meraih rangking satu dikelasnya, tetapi peringkat ke- 2 dan 3 selalu disabetnya, dan bagiku ini sudah lebih dari cukup.., sikap kedermawanan dan sosialnya rahmapun masih tetap melekat dalam dirinya.., hingga suatu hari ketika rahma memasuki bangku kelas 2 SMP, dia memintaku untuk memindahkannya ke sekolah muslim (pesantren), ujarnya suatu hari padaku sepulangnya dari sekolah :
“Assalamu ‘alaikum papa…”
“wa’alaikumussalam nak…baru pulang ya.., ayo sana ganti bajumu dan segera makan.., tadi sebelum istirahat siang mamamu sudah menyiapkan makan siang untuk kita..” selaku menimpali salamnya
“iya pak.., terima kasih…, oh ya pa.., papa lagi gak sibukkan?, ada sesuatu yang mau nanda ngomongin sama papa.., pentiiinggg skali…” ujar rahma lagi sambil tersenyum padaku…(Nanda adalah panggilan saying kami kepada rahma)
“Hmmm.., soal apa sih..bikin papa penasaran aja..” jawabku
“tapi papa gak sibukkan..?”
“tidak nak.., emang nanda mau ngomongin apa.., papa siap dengar…”
“gini lho pa..nanda tuh inggiiiiinnn skali bias berbahasa arab, trus ingin belajar banyak soal fiqih, aqidah dll.., nah.., bila papa berkenan, untuk tahun ke tiga ini, nanda ingin dipindahin ke Pesantren pa..please…nanda mohon pa..ya..ya….” ujar rahma padaku sambil memelas, sesaat aku tertegun menyaksikan tingkah lakunya, aku sendiri bingung dan tak tahu harus menjawab apa, namun perjalanan waktu membuat aku luluh dan mengabulkan permintaan putrid semata wayangku, tentunya dengan sebelumnya meminta pertimbangan dari ibunya.

Pendengar Nurani yang baik
Aku sangat bangga dengan prestasi yang dicapai oleh rahma, meskipun dia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya dipesantren namun tak sedikitpun membuat nilai2nya merosot, bahkan menurut penuturan kepala sekolah, hanya dengan beberapa pecan saja, rahma sudah bias menyesuaikan diri dengen beberapa pelajaran agama tambahan yg sebelumnya tidak pernah dia dapatkan dibangku sekolah umum, dan prestasi2 itu yang membuat aku dan ibunya bangga dan bahagia padanya.., akan tetapi saying, kebahagiaan itu berangsur2 lenyap dan berubah menjadi kesedihan, mana kala memasuki pertengahan semester, -Yuanita- ibunya rahma meninggal dunia karena penyakit diabetesnya. Kuingat betul sehari sebelum ia meninggal, yuanita sempat berpesan padaku, bahwa dia meminta agar aku benar2 memperhatikan putri semata wayang kami, bahwa aku selalu diminta untuk membuatnya bahagia dan tersenyum serta memintaku utnuk berupaya sedapat mungkin menjadikan rahma sebagai orang yang berguna bagi banyak orang…dan pesan-pesan inilah yang selalu membayang-bayangi fikiranku, saat itu aku berjanji pada diriku sedniri insya Allah aku akan mengabulkan semua permintaan yuanita meskipun itu rasanya berat bagiku, dan dengan permintaan dari ibunya itupulalah yg membuat aku lebih menyayangi putriku.

Pendengar Nurani yang baik
Perjalanan waktu membawa kehidupan putriku pada sebuah kemapanan, dimana usai menamatkan studinya di MTs, dan Madarasah Aliyah, sesuai dengan permintaannya, dia melanjutkan kuliah di sebuah Universitas Muslim dengan mengambil jurusan Hukum Islam, yg sejujurnya sebelumnya sempat aku tentang, karena besar harapanku untuk menjadikannya seorang politisi dengan mengambil jurusan Sospol, tapi mimpi itu kubuang jauh-jauh manakala ia memaparkan padaku tentang alasannya mengambil jurusan itu, dimana dia ingin mengetahui ilmu islam lebih dalam, dimana ia terlanjur mencintai semua yang berhubungan dengan islam dan dengan mempelajari itu semua insya Allah akan mengantarkannya pada sebuah keyakinannya untuk memeluk islam secara kaffah, bukan setengah-setengah, entahlah..aku tidak tahu mengapa keangkuhanku selalu luluh dihadapannya, padahal metode penyampaiannya bagiku terbilang biasa-biasa saja, rahma juga pernah menyuguhkan sebuah buku yang dibukanya lebar2 dimeja kerjaku, padahal aku tidak pernah memintanya, yah..,  sebuah buku yang begitu sangat menggugah perasaanku, sirah sahabat dan sahabiyah, dan usai membacanya membuat nalarku semakin memahami berbagai argument dan alasan dari putriku mengapa ia ingin sekali berislam secara sempurna.., pendengar, suatu hari ketika memasuki semester duanya, tiba2 aku dapati rahma  memakai busana muslim yang menurutku sangat aneh dan tidak biasa dikenakannya, iya.., setelah sebelumnya menyiapkan sarapan pagi untukku, aku melihatnya memakai busana muslimah lengkap dengan penutup wajahnya, aku sih sebenarnya sering melihat orang bercadar.., tetapi masih terlihat kedua bola mata mereka karena cadar itu tidak menutup sepenuhnya wajah mereka, tetapi pagi itu aku melihatnya ketika hendak kekampus dengan pakaian muslimah yang menutupi seluruh bagian tubuhnya, bahkan selain cadar dia juga menggunakan sebuah kain hitam halus menutupi seluruh wjahnya, aku sendiri sempat linglung dan kaget menyaksikan semua itu karena menganggap bahwa ia bukan putriku melainkan sahabat sekampusnya yg mungkin menginap bersamanya semalam, tetapi mendengar suaranya saat mengucapkan salam pamit kekampus, aku baru tahu bahwa itu putriku, tak ada kata2 yang dapat kuucapkan selain berdiri terpaku memandanginya yang telah berlalu pergi, ingin sekali aku mengajarnya dan menghuajaninya dengan berbagai pertanyaan dengan kemarahan yang mulai menghinggapi benakku, tetapi aku tak bias mengejarnya karena ia telah berlalu dan menjauh dari rumah.., saat itu perasaan didalam hatiku mulai campur aduk, kesal, marah dan kecewa dengan perubahan putriku yang seolah mau berbuat apa saja tanpa meminta pertimbanganku, karena tak bias mengejar dan menghakiminya, maka kuniatkan untuk menantinya saat kembali dari kampusnya, dengan perasaan yang masih belum menentu aku menghampiri meja makan, dimana disana telah disediakan oleh putriku berbagai menu sarapan pagi ku, dengan lahapnya aku mulai menyantap masakan yg telah tersedia saat itu, sempat aku merasa kagum dengan putriku, sebab meskipun terbiasa dengan prilaku manja yg aku berikan, namun tak membuatnya terbuai dan menjadi sosok gadis pemalas, aku kagum dengannya, sebab selain cantik, cerdas, rahma juga adalah anak yg rajin, dan pandai memasak, seluruh sudut rumahpun selalu tampil cantik dan rapi hasil kerja kerasnya, akan tetapi mengingat perubahannya pagi tadi membuat rasa kagumku tiba2 hilang dan berganti dengan amarah yang ingin sekali kuluapkan dihadapannya, hingga usai menyantap makanan pagi itu, dan hendak mengambil minuman yang agak sedikit jauh dari tempat dudukku, tiba2 aku melihat ada sebuah buku terbuka lebar disamping gelas minuman yang telah disiapkan oleh putriku, sesaat jiwa kutu bukuku mulai menyapa, sambil  meraih gelas itu, akupun perlahan meraih buku yang terbuka itu, kulihat dengan jalan lembaran yang terbuka itu adalah penjelasan tentang Bab Keutamaan menutup aurat bagi muslimah, kulihat disampul depannya buku itu bertajuk fiqih wanita, dan tak kubiarkan buku itu tergeletak begitu saja, perlahan-lahan aku mulai membaca kata demi kata dan kalimat demi kalimat dalam lembaran-lembaran yang telah terbuka itu, bulu kudukku semakin merinding saat membaca isinya, ttg keutamaan bagi muslimah menutup aurat serta ancaman-ancaman bagi mereka yang dengan sengaja mempertontonkan auratnya, saat itu mataku mulai berkaca2..aku baru mengerti mengapa pagi ini putriku tampil dengan muslimah yang syar’I, dan lagi-lagi keegoisanku luluh dengannya, kemarahankupun mulai sirnah dibuatnya, apalagi membaca sebuah kertas kecil yang diselipkan putriku pada lembaran itu..
“Assalamu ‘alaikum papa.., semoga Allah selalu merahmatimu dan memanjangkan usiamu, hingga hidayah-Nya akan menyapamu suatu saat.., sebelumnya nanada minta maaf pada papa, bila mulai hari ini ada yang berubah dalam diri nanda tanpa izin dari pada.., jujur..tidak ada yang lebih memotifasi diri ini selain keridhoan dari Allah Azza wajjallah, sehingga nanda akan selalu terhindar dari fitnah dunia dan dijauhkan dari tipu daya syetan,  semoga niat tulus nanda ini juga akan beroleh ridho dari papa.., salam saying dari putrimu-nanda-“
Mataku berkaca-kaca usai membca goresan tangan putri semata wayangku itu, dan kemarahan dalam hatikupun perlaahan-lahan mulai mereda, sebab aku sudah memahami dan mengetahui alas an dari perubahan putriku saat itu, meskipun dalam hati kecilku selalu bertentangan dengan keinginanya, sebab betapa diri ini ingin sekali menjadikannya seorang wanita hebat dihadapan manusia, lalu bagaimana dia akan menjadi seorang PNS bila ia berbusana seperti itu, atau bagaimana nanti pandangan masyarakat bila mengetahui ada caleg wanita dengan penampilan seperti itu..ahh, ini mustahil..tapi disisi lain impian dari putriku begitu mulia..haruskah aku menentangnya.., itulah gejolak hatiku yang entah mulai ditunggangi oleh hasutan syetan yg terkutuk itu.

Pendnegar nurani yang baik
Disuatu hari lagi di penghujung tahun 2006, ketika dibuka pengangkatan CPNS secara serentak diseluruh Indonesia, aku menyarankan padanya untuk mengikuti seleksi itu, namun tak sedikitpun rahma meresponnya selain sunggingan senyuman dan anggukan halus dari wajahnya, aku paparkan keinginanku untuk melihat dia sukses menjadi seorang PNS, bahkan aku mulai membujuknya untuk sedikit saja menyepakati keinginanku untuk melepaskan busana muslimah yang dikenakannya setiap hari dan menggantinya dengan pakaiannya yg dulu, busana muslimah seadanya dengan jilbab segitiga.., tapi lagi-lagi rahma tidak memberi tanggapan yang berarti padaku selain senyuman dan sebarek kesibukannya mengurusi semua pekerjaan rumah, hingga lagi-lagi mana kala aku hendak keruang tengah menonton tayangan berita di TV, kembali kudapati segelas minuman hangat dan sepiring gorengan ada dimeja disertai sebuah buku yang terbuka lebar disamping hidangan itu..dan seperti biasa jiwa kutu bukuku kembali terusik, jujur aku mmang hobi sekali membca, bahkan Koran-koran bekas yang kutemukan dijalananpun tak kubiarkan menjadi penghuni sampah sebelum aku membacanya, dan buku yang terbuka lebar siang itu menjelaskan tentang Manfaat dan mudharat menajdi PNS, dengan seksama kubaca seluruh bab tentang itu.., dan kembali kengkuhan sikapku yang terlalu memaksakan putriku menjadi seorang PNSpun menjadi luluh.., tapi aku tidak habis fikir, mengapa rahma selalu menjadikan buku2 koleksinya itu sebagai teman makan dan santaiku, apa memang sengaja?, atau dia hanya sekedar lupa membawanya kekamarnya lagi setelah membaca buku2 itu..?, dan kalau memang dia telah memahami setiap perbuatan dan sikap yg dia tunjukan padaku, mengapa ia tak menjelaskannya secara langsung dihadapanku?, atau, apa memang dia jadikan ini sebagai media dakwah untukku?, karena dia telah mengenal tabiatku yg seorang kutu buku?, hmmm..benar2 sulit dimengerti.., pendengar.., begitulah sikap rahma padak, tak pernah sedikitpun dia mendakwahi diriku secara langsung, tetapi berbagai koleksi buku2 ttg pengetahuan islamnya selalu dia letakkan ditempat2 strategis yang selalu aku berada disana, sehingga tergelitiklah diriku utnuk mendekati, meraih dan membca buku2 itu.

Pendnegar nurani yang budiman
hingga waktu jualah yang membawa putriku pada kedewasaan hidup yang semakin mapan, dengan penampilannya sebagai muslimah, telah ada 2 lelaki yang dating bermaksud meminangnya, aku tidak tahu apa motifasi mereka, pertama seorang pria yang ngakunya kakak tingkatnya rahma yg 2 tahun sebelumnya telah tamat dan telah bekerja sebagai PNS di sebuah intansi pemerintah didaerah kami, Dani namanya. Pria ini sebenarnya sangat bersahaja, rapi dan sepertinya berpendirian kuat terhadap agamanya, Namun pria itu aku tolak karena nilai nominal yang dibawanya untuk melamar putriku jauh dari standar yang kuinginkan yaitu 45 juta, dan Dani tidak menyanggupi hal itu, 3 bulan setlahnya dating lagi seorang lelaki paruh baya bersahaja dengan jenggot tipis menghiasi dagunya yang tak lain adalah dosennya rahma, pria ini dengan terang2an kutolak karena usianya terlalu tua untuk putriku, dan dari segi omset pria ini hampir memasuki masa pensiunnya, dan aku yakin rahma juga sependapat denganku saat itu, hingga suatu pagi, sehari setalah aku menolak pinangan pria terakhir yang dating pada putriku itu, tiba2 putriku dating dengan wajah kesedihan diwajahnya.
“kenapa kau nak..koq cemberut gitu..”
“maaf pak..nanda Cuma ingin tahu, alasan papa menolak lamaran pria-pria itu ?”
“hmm..jadi itu yang membuatmu cemberut..gini lho nak..kau itu gadis anggun, cantik, cerdas, rajin dan masih  banyak kelebihan yang kau miliki.., yah menurut pandangan papa kau adalah gadis yg sempurna dengan semua kelebihanmu itu, maka..haruskah papa membiarkan begitu saja kau menikah dengan sembarang pria yang tidak bias menyeimbangi kelebihanmu?, tentu tidak nah..,kau tahu..sejak kecil papa telah membangun sebuah impian besar untuk menajdikan seorang wanita terhormat sehingga tak boleh sembarang pria dating melamarmu, apalagi samapi menikahimu.., jadi jelaskan..mengapa papa menolak pria2 itu..?, alasan pastinya adalah bahwa 2 pria yg dating kemarin itu belum memenuhi stadar keinginan papa..”jawabku ketus
“astagfirullah pak.., mengapa papa menajdikan tingakat dan status ekonomi mereka sebagai standar penilaian utk menjadi suamiku..?, begitu murahkah aku dimata papa sehingga papa menjadikan materi sebagai patoakn utama untuk menerima pingan itu?, aku mohon pak.., aku ini putrimu, bukan sebuah barang yang hargus dipatok dengan harga tertentu..”ujarnya menanggapi argumentku
“Rahmah..kau bicar apa sih, semua ini papa lakukan untukmu nak..”
"Papa..sejak kecil aku tidak pernah meminta apapun pada papa.., semua keingnan papa tak satupun yg  luput dari lalaiku..semuanya kupenuhi, maka, izinkanlah aku meminta sesuatu pada papa..aku tahu ini berat..tapi tak ada kebahagiaan yg bisa ...aku rasakan selama hidup ini kecuali bila permintaanku ini dapat papa penuhi..." ujar rahma padaku saat itu..

"apa itu nak.." tanyaku lagi

"Aku mohon sama papa.., Bila ada seorang pemuda sholeh datang padaku dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dia miliki, maka aku minta pada papa terimalah pinangannya, apapun maharnya untukku.., meskipun hanya sebuah cincin berkarat yang tidak berarti dimata papa.., sebab bagiku..Cukuplah Kesholehannya yang bisa menjadi mahar bagiku..selebihnya aku tidak menginginkan yang lainnya..." jawab rahma padaku yang semakin membuat aku bingung....

Pendengar nurani yang baik
Hingga suatu hari datanglah seorang lelaki bersahaja kerumahku, dari penampilannya memang pria ini bukan dari kalangan orang kaya.., sebab pakaian yang dikenakannya hanya dari bahan sederhana, namun secara fisik  lelaki ini berpenampilan bersih dan rapi, aku sendiri belum pernah melihat lelaki ini, baik dikampusnya Rahma maupun dikompleks ini, siapa dia yaa..?, dengan perasaan masih penuh Tanya kupersilahkan masuk pria bersahaja itu, kulihat didagunya tumbuh jenggot tipis yang menambah pancaran charisma pria tersebut, hingga bebera saat kemudian..
“Maaf, siapa ya..?, koq  saya baru lihat…, anak baru ya dikompleks ini?” tanyaku
“I iya Om, saya baru 10 hari disini, silaturahim kerumah tante yg rumahnya berada diujung gang ini.., nama saya farhan”jawabnya sambil memperkenalkan diri.
“trus nak farhan ada perlu apa ya?, apa ada yang bias dibantu?” tanyaku lagi
“Hmm..begini pak, sebebarnya maksud kedatangan saya kesini adalah..untuk….untuk…melamar putrid bapak..”jawabnya lagi dengan sedikit terbata-bata.
“Melamar Putriku?, maksudnya Rahma?, apa kau mengenalnya?, ketemu dimana?, kamu teman kampusnya ya?” tanyaku dengan agak sedikit kaget pada pria itu
“Ooh..saya tidak mengenal putrid bapak..saya juga belum pernah mendengar apapun tentang keluarga ataupun putrid bapak…” ujarnya menyela
“trus, kalau belum pernah bertemu dan kenal dengan putriku, lantas kenapa kau berani melamarnya?, apa ini hanya guyonamu saja..?” ujarku menimpali seruan farhan dengan nada agak sedikit  keras karena merasa bahwa dia sedang berguyonan saat itu.
“Ee..ee bukan bermaksud begitu pak, saya tidak ada maksud berguyon..saya sedang berkata2 serius saat ini..insya Allah ini tulus dari hati saya…” jawabnya lagi
“kau ini aneh.., tadi kau bilang belum pernah bertemu dan kenal dengan putriku, trus katanya mau melamar putriku.., kalau bukan berguyon lantas ini apa namanya..?, bagaimana kalau putriku jelek rupanya…?, kau mau ambil resiko untuk tetap menikahinya?!!” ujarku dengan nada yg lebih keras lagi..
“ee..maaf pak sebelumnya saya harap bapak tidak tersinggung dan emosi dengan niat saya ini tapi demi Allah saya tidak pernah ertemu dan mengenal putrid bapak, tapi niat untuk menikahinya juga bukanlah hal yang main2 pak…insya Allah saya serius.., adapun persoalan wajah putrid bapak yang cantik atau jelek itu adalah nomor sekian yang menjadi motifasi saya dating ketempat ini untuk melamar putrid bapak” jelasnya padaku dengan berusaha meredam emosiku
“Lalu, hal apa yang menjadi motifasi utamamu sampai begitu berani dating dan melamar putriku, hahh?”tanyaku lagi
“Insya Allah motifasi utama saya dating dan melamar putrid bapak saat ini adalah Lillahi ta’alaa,  , jujur selama 10 hari saya berada dikota ini, hampir setiap hari saya melihat putrid bapak lewat didepan rumah tantenya saya tanpa ada mahrom yang menemaninya, dan dalam satu hari sampai beberapa kali saya melihatnya melewati rumah saya tanpa ada mahrom yang mendampinginya, baik anda sebagai bapaknya, saudara laki2nya atau suaminya.., maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud menceramahi bapak tetapi  dalam aturan syariat ini tidak benarkan seorang wanita bepergian keluar rumah tanpa ada mahorm yang menemaninya, apalagi dalam sehari sampai beberap kali, dan hal ini yang menyebabkan keprihatinan saya sehingga saya dating dan menyampaikan niat baik ini, insya Allah kalau bapak berkenan, saya ingin menjadi mahromnya dan akan selalu menenmani dan mengantarnya kemana saja yang dia inginkan selama itu untuk ummat dan kebaikan, sehingga putrid bapak akan terhindar dari fitnah dan tipu daya syetan karena telah ada mahrom yang mendmpinginya kemana saja..” ujar farhan dengan nada tegas dan bersahaja, sesaat aku terdiam menatap wajah pemuda ini sambil menelaah kalimat demi kalimat yang disampaikannya, sesaat akupun teringat prmintaan putriku yang begitu merindukan calon pendamping hidup yang soleh untuk menjadi imamnya dan keluarganya, apakah pemuda ini adalah pria yg tepat untuknya? “tanyaku dalam hati
“Hmm..bila memang niatmu itu tulus.., berapa kemampuanmu dalam memberikan mahar dan uang nikah buat putriku?, asal kau tahu, rahma adalah gadis yang baik, insya Allah sholehah, cerdas dan masih banyak lagi kelebihan yang dia miliki…” ujarku mempresentasikan putriku dihadapan pria tersebut.
“Subhanallah.., saya bangga dengan putrid bapak…, semoga Allah senantiasa meng-istiqamahkan beliau, akan tetapi begitu murahkah harga dari seorang yang berahlakq baik dan mulia seperti beliau?, sehingga bapak masih mengukur keberadaannya dengan materi dan nilai mata uang?, pak.., keimanan dan kesholehan seseorang itu sebenarnya tidak ternilai dengan bentuk materi apapun, bila putrid bapak diibaratkan emas dan permata, maka ia adalah emas dan permata yang bersumber dari syurga, yang tidak bias ternilai dengan jenis materi apapun yang ada didunia ini, jadi untuk semua itu.., bila bapak berkenan, maka sayapun ingin member mahar kepada putrid bapak dengan mahar yang tidak ada nialinya didunia ini…” terangnya lagi padaku
“Wahh…, maharnya apa nak..?, koq sampai tidak ternilai dengan materi apapun..?, pasti mahal harganya?” jawabku dengan penuh semangat
“Hmm.., insya Allah untuk seorang wanita solehah seperti putrid bapak, saya ingin mempersembahkan keimanan dan ketaqwaan saya sebagai mahar untuknya meskipun sebagai manusia biasa saya sendiri tidak bias mengukur kadar iman itu dalam diri ini, tapi insya Allah saya akan selalu berdiri tegak dijalan Rabbku hingga akhir hayat ini, selain itu juga saya ingin memberi sebuah cincin besi putih tua yang saat ini sedang melingkar dijari saya untuk beliau.., semoga bapak dan putrid bapak berkenan.., hanya itu pak yang saya mampui..” ujar farhan dengan wajah menunduk sambil memperlihatkan cincin putihnya kepadaku, menyaksikan semua itu aku semakin terpaku..ada perasaan lain yang berkecamuk dalam hatiku, haruskah aku mengihlaskan putriku menikah dengan pria ini?, sementara pria ini bukanlah siapa2 dan tidak memiliki apa2 selain iman dan sebuah cincin tua yang melingkar dijarinya…akhirnya dengan berbagai pertimbangan, aku meminta pemuda itu untuk kembali satu pecan kemudian, sambil member alas an bahwa begitu dia dating lagi maka jawaban atas permintaannya tersebut sudah ada.

Pendengar Nurani yang budiman
Usai bertemu dengan farhan saat itu.., perasaanku semakin tidak menentu, aku tidak tahu apakah aku harus menuruti egoku dengan menolak pinangan itu atau tidak.., tetapi disisi lain putriku begitu mendamba hadirnya suami sholeh untuk menemaninya..ya Allah berikan jalan yang terbaik buat masalahku ini…
Pendengar, untuk pertama kalinya aku mengadu kepada Rabbku tentang masalah ini dan berharap apapun yang terjadi dengan keputusan yang aku ambil ada campur tangan Allah didalamnya.., hingga akhirnya kubulatkan tekadku untuk menerima lamaran pria bernama farhan itu untuk putriku. Waktu terus bergulir..akhirnya sepekan itu berlalu juga dan hari yang telah aku janjikan itu dating juga..disaat hati ini telah ikhlas menerima kehadiran farhan yang kunilai adalah pemuda biasa yang tidak punya apa2 selain keimanannya, ternyata Allah menunjukan sesuatu yang luar biasa padaku dihari itu, mana kala farhan berkunjung kerumah menagih janjiku dengan membawa orang tuanya, alangkah kaget dan takjubnya aku ketika tahu bahwa farhan adalah anak tunggal seorang pengusaha kaya dari Jakarta, dan pewaris tunggal dari perusahaan milik orang tuanya itu, dan kuatahu juga bahwa farhan adalah seorang ustd yang telah menyelesaikan studinya di sebuah Universitas di timur tingah.., subhanallah..memang benar..ketika kita mengejar dunia, maka akhirat tidak akan ikut bersamanya, akan tetapi ketika kita mengejar akhirat maka duniapun akan secara otomatis ikut didalamnya..

Pendengar Nurani yang budiman
Akhirnya setelah melalui proses yang syar’I, resmi sudah putriku menjadi istrinya farhan..dan Alhamdulillah farhan menepati janjinya..kulihat ada raut kebahagiaan terpancar dari keluarga kecil mereka.., hanya doa yang bias aku ucapkan semoga mereka bahagia dunia dan akhirat.., aamiin…
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

NB : Kisah ini kutulis sebagai bentuk ucapan terima kasih kepara Rabbku yang telah memberiku Hidayah-NYA hingga saat ini, dan kepada putriku juga menantuku yang Alhamdulillah dengan izin Allah melalui tangan merekalah hidayah ini menyapaku. Semoga bermanfaat..!!!

Musuhku.., Jodohku..!!!

Dari Aida di Sulsel
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pendengar Nurani yang budiman
Cintailah seseorang sekedarnya saja, sebab siapa tahu orang yang kita cintai saat ini akan menjadi orang yang paling kita benci pada satu kondisi kelak, dan bencilah seseorang sekedarnya saja sebab siapa tahu aja orang yang kita benci saat ini akan berubah menjadi orang yang paling kita cintai di kelak hari nanti, seperti halnya yang aku alami saat ini, kebencianku yang teramat sangat pada seseorang dulu saat jahiliyahku, ternyata berubah tanpa keinginanku.., yaa Rasa benci yang akhirnya berubah menjadi rasa cinta.

Pendengar Nurani yang baik
Kuawali kisahku ini dengan peristiwa silamku dimasa jahiliyah, aku adalah seorang gadis bandel yang dibesarkan dari sebuah keluarga sederhana dengan disiplin dan aturan yang sangat ketat, aku sendiri merupakan anak sulung dari 3 bersaudara, kehidupan dan tempaan aturan keluarga yang sangat keras dan ketat membawaku pada sebuah karakter yang jauh dari sifat feminim layaknya gadis-gadis pada umumnya, ditambah lagi dengan kehadiran 2 adikku lainnya yang ternayata adalah laki-laki, yang membuatku harus menerima kenyataan bahwa dari kecilku, teman bermainku didominasi oleh anak laki-laki. Begitulah..., akhirnya seorang aida tumbuh menjadi gadis tomboy dengan dikelilingi teman-teman cowok setiap harinya, dan kebiasaan itu menjadi hal yang lumrah dimata keluargaku, sebab aku sendiri menduga, bahwa mungkin kedua orang tuaku memang menginginkan aku menjadi anak yang tangguh dan tidak cengeng di hari esok nanti.

Pendengar Nurani yang baik
Kebiasaan berteman dengan anak-anak cowok itu ternyata terbawa hingga aku remaja, bukan hanya saja saat aku duduk dibangku SD dan SMP, akan tetapi juga terbawa hingga aku memasuki SMA, sebut saja Heru, seorang lelaki yang sejak kelas 1 SMP telah menjadi sahabat akrabku, bukan hanya saja akrab di kelas, tetapi juga pada event-event sekolah lainnya, seperti tenis meja, Volly ball dan bulu tangkis, ketiga cabang olah raga ini adalah hoby yang telah kumiliki sejak SMP pun demikian dengan Heru, yaahh.., boleh dibilang diantara teman-teman cowok lainnya Heru-lah temanku yang paling lama, yaitu sejak kelas 1 SMP hingga kelas 2 SMA, maklum entah karena sengaja atau kebetulan sajam kami selalu dipertemukan di sekolah dan kelas yang sama, berbeda dengan teman-teman cowok lainnya, ada yang setelah tamat SMP memilih sekolah di tempat lain, ada juga yang tetap memilih disekolah yang sama tetapi berbeda kelas, tetapi Heru, dia teman SMPku yang selalu membuntutiku baik sekolah maupun kelas dimana aku berada, dan hal itu juga membuat aku jadi terbiasa dengannya, kadang dia jadikan aku teman curhatnya.., kadang pula dia kujadikan tempatku mengadu tentang segala keluh kesahku, pokoknya aku dan heru saat itu seperti sahabat sejati yang sudah saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Jujur meskipun sudah saling membutuhkan antara satu dan lainnya, namun kami tidak pernah terjerat dengan perasaan-perasaan asmara, yang kutahu meskipun heru begitu dekat denganku, namun dai mulutnya sendiri dia selalu curhat tentang PeDeKaTenya dengan seorang gadis anak sekolah lain, dan sebagai sahabatnya saat itu, aku hanya memberi suport dan dukungan padanya, misalnya saja pada kondisi tertentu heru selalu memintaku membuatkanya surat cinta yang romantis untuk gadis pujaannya itu, sebut saja nama gadis itu Melinda, begitu juga bila ada surat balasan dari melinda maka akulah yang menjadi andalannya untuk membuat surat balasan gadis pujaannya itu.., jadi apapun yang terjadi anatara heru dan melinda maka akupun secara otomatis mengetahuinya, memang kalau kufikir2 aneh juga menilai kondisi itu, sebab semua rayuan gombal yang ada dalam surat untuk kekasihnya itu adalah rayuan gombal hasil karyaku, bahkan dalam kondisi tertentu Heru tak lagi mengedit kata-kata yang kutulis dalam surat itu, sebab dia yakin bahwa meskipun aku gadis tomboy yang tidak pernah ada romantis-romantisnya namun hasil karya mengarang dan merangkai pusiku pada pelajaran bahasa indonesia selalu diatas rata-rata.

Pendengar Nurani yang baik
Hari terus berganti, dan kebersamaan kamipun selalu terjalin, aku sendiri bingung, selama ini yang aku tahu kekasih pujaannya adalah Melinda, akan tetapi hampir setiap waktu Heru selalu ada bersamaku, bahkan yang aku tahu pula bahwa pada malam-malam tertentu dimana para remaja yang lagi kasmaran pada berkencan, saat itu heru malah bersamaku, entah itu belajar kelompok, latihan tenis atau dalam kegiatan2 lainnya, beberapa teman sekelaskupun sering merasa curiga antara hubunganku dengan Heru kala itu, tapi kecurigaan-kecurigaan itu mentah begitu saja manakala mereka menyaksikan bahwa tak jarang Melinda main kesekolah kami dan bertemu dengan Heru, aku sendiri tidak begitu peduli dengan kondisi tersebut, hingga pada suatu hari ada kakak kelasku “Benny” namanya secara terang-terangan dihadapan heru memberi perhatian lebih padaku, entah itu mentraktirku makan dikantin, menawarkan aku pulang bareng bila jam pulang tiba.., sebagai seorang gadis aku sendiri merasa tersanjung dengan perlakuan-perlakuan istimewa tersebut, tapi jujur jauh dari lubuk hatiku tak sedikitpun ada rasayang membekas dalam hatiku, entah itu suka atau cinta, yang aku tahu bahwa aku telah terbiasa berteman dan bergaul dengan para cowok, tetapi yang sangat aneh kurasakan adalah sikap Heru, dia selalu memperlihatkan muka masam bila melihatku duduk atau ngobrol bareng Benny di teras kelas atau dikantin, aku sendiri tidak tahu apa maknanya, bahkan saking tak kuasa menahan emosinya, suatu ketika Heru memberi larangan tegas padaku untuk dekat dengan Benny, yaa alasannya agar aku tidak diusilin sama anak kelas III Ipa itu, menurutnya Benny lelaki hidung belang yang telah banyak mematahkan hati para gadis karena kegombalannya, dan dengan alasan itu pula Heru memberikan statement keras padaku untuk tidak terlalu meladeni tawarannya. Akirnya atas nama persahabatan akupun berusaha untuk menolak halus setiap tawarannya benny, baik itu makan siang saat istirahat sekolah ataupun tawarannya untuk mengantarkan aku pulang. Dan aku berharap Heru senang dengan semua itu, dan Alhamdulillah benar saja.., ternyata heru menyambut gembira dengan keputusanku itu, menurutnya sebagai sahabat dia tidak ingin melihatku menangis hanya karena lelaki, bahkan dia memberiku ruang untuk bergaul dengan siapa saja asal saja bukan dengan Benny...

Pendengar Nurani yang budiman
Perjalanan waktu akhirnya kembali membawaku pada sebuah perkenalan dengan seorang anak TIM volly Ball asal sekolah lain, dan perkenalan itupun diketahui oleh heru, semula kufikir dia akan baik-baik saja mendapati semua itu, apalagi dengan statementnya dulu bahwa aku bisa berteman dan begaul dengan siapa saja asal jangan dengan Benny, tetapi entah apa motifasinya lagi-lagi Heru melarangku bergaul dengan cowok asal sekolah tetangga itu, menurutnya tidak ada laki-laki yang tergabung dalam Tim Volly itu yang tidak mata keranjang, dan dia tidak ingin aku berhubungan lebih jauh dengan cowok kenalan baruku itu, dan lagi-lagi untuk menyenangkan hatinya akupun memilih menuruti apa kata heru, pernah suatu hari Heru bertengkar dengan melinda didepanku hanya karena rasa cemburnya melinda yang merasa bahwa perhatian Heru padaku lebih besar dari pada perahatian heru padanya, saat itu aku merasa sangat bersalah sekali, meskipun jiwaku tomboy, tetapi aku memahami perasaan melinda, dan aku tahu rasa cemburu itu hadir karena besarnya rasa cintanya pada heru, pendengar.., sejak saat itu aku mulai membatasi diri bertemu dengan Heru, pertemuan kami terjadi hanya saat dalam kelas saja, selebihnya aku berusaha menjauhinya, kondisi itu terjadi hampir sepekan, hingga akhirnya pada saat jam istiraht tiba, heru menemuiku dan menanyakan tentang perubahanku selama ini padanya, saat itu aku bingung harus menjawab apa, hingga tanpa sadar aku utarakan alasanku dihadapannya, bahwa semua ini aku lakukan demi menjaga hubungannya dengan melinda, aku juga menyampaikan bahwa aku tidak ingin menjadi duri dalam kehidupan mereka berdua, jujr semua itu aku sampaikan dengan jelas pada heru agar dia tahu bahwa niatku baik, tetapi ternyata heru marah besar atas semua itu, bahkan dia mengancam akan berhenti sekolah kalau sikapku padanya masih seperti itu, menurutnya selama ini tidak ada masalah antara dia dan melinda, menurutnya lagi kalaupun ada masalah diantara mereka maka bukan aku penyebabnya. Mendengar semua itu aku jadi terdiam dan tak tahu harus berbuat apa, kondisi itu memaksaku kembali untuk bersikap seperti biasa lagi dengan Heru, hingga suatu hari Dinas P dan K Tingkat II diaderahku mengadakan Perjusami (Perkemahan Jum’at, Sabtu dan minggu) dan saat itu semua sekolah mengikuti kegiatan itu, termasuk sekolahku dan sekolahnya melinda, semula tak ada masalah apa-apa yang terjadi saat itu, semenara Heru sehari sebelum kegiatan itu diadakan berangkat Kemanado mewakili sekolahku bertanding Tenis Meja, menurut Heru dia akan ikut kegiatan itu setelah tiba hari Sabtu malamnya, tetapi sebelum kembalinya Heru dari manado, 3x aku melihat melinda begitu mesranya bercengkrama dengan seorang anak Voly asal sekolah tetanggaku dan sekolah tetangganya pula, dari gelagat mereka aku melihat sepertinya hubungan itu bukan lagi sekedar teman, sebab sulit digambarkan ada sepasang teman yang semesra itu berprilaku bahkan dihadapan orang banyak, menyaksikan semua itu aku geram bercampur marah, sebab sikap melinda dibelakang heru ternyata sulit di mengerti bahkan teramat sulit dimaafkan, dan kondisi kemesraan itu tidak hanya sekali kusaksikan, hingga akhirnya pada malam ahdanya dimana heru kembali dari manado, akhirnya kuceritakan semua itu ke dia, dengan harapan agar heru bisa lebih bijak menyikapi masalah itu, tetapi..yang terjadi malah sungguh menyakitkan.., betapa tidak.., setelah heru mendengar penuturanku tentang sikap melinda saat itu, dia langsung bergegas mencari melinda dan kurang lebih 10 menit kemudian datang lagi dan menyampakain kemarahanya padaku, dituduhnya aku memfitnah melinda, dikata-katainya aku gadis perkasa yang tidak ada rasa kewanitannya sama sekali, entah apa yang didengar dari melinda saat itu, yang jelas heru begitu marahnya padaku saat itu, dan yang paling menyakitkan lagi buatku adalah dia menuduhku menginginkan hancurnya hubungannya dengan melinda, dan kata terakhir yang teramat menyesakkan dadaku yang keluar dari mulutnya adalah :
“Heh gadis perkasa.., kita memang temenan, bukan hanya setahun atau dua tahun tetapi sejak SMP, tetapi bukan berarti semua yang kau inginkan harus aku turuti..., oke..selama ini aku akui bahwa aku begitu perhatian padamu.., tapi jangan salah memahami dong.., sebab perhatian itu tidak lebih untukmu.., itu semua kulakukan karena kau sahabatku..., bukan karena aku cinta sama kamu.., enak saja.., dan apakah kau fikir karena kita sudah temenan lama lantas kau bebas mengatur hidupku.., kalau itu yang ada dalam benakmu maka kau salah gadis perkasa..., sekali lagi kau salah.., kau camkan baik-baik.., bila saat ini aku disuru memilih antara kau dan melinda, maka aku 1000% akan sangat memilih melinda...dan dari pada kau akan mengacaukan hubunganku dengan melinda dan selalu menjadi racun diantara kami, maka mulai hari ini, kita cukupkan sampai disini persahabatan kita, camkan itu baik-baik gadis perkasa...” ujar heru sambil berlalu meninggalkan aku yang tengah terpaku dengan terdiam seribu basa, dan untuk pertama kalinya seumur hidupku aku menetskan air mata saat itu, aku tidak tahu mengapa aku menangis , yang aku tahu saat itu bahwa aku telah salah menilai heru, sahabat baikku yang telah hampir 5 tahun bersamaku.

Pendengar Nurani yang budiman
Sejak saat itu aku tak lagi berkomunikasi dengan heru, aku sendiri tak tahu apakah aku masih mengahrapkanya untuk menjadi sahabaku atau tidak, yang jelas hatiku telah terluka dengan kata-katanya saat itu, dan saat memasuki kelas 3 SMA aku memilih mengambil jurusan IPA meskipun aku tahu kemampuanku ada dijurusan bahasa, semua itu aku lakukan agar aku tak lagi sekelas dengan heru dan tidak setiap saat berjumpa dengannya. Dan ALHAMDUILLAH, yang membuat aku bersyukur saat itu, perpisahanku dengan Heru membuatku matang mengikuti sebuah kajian di Rohis sekolah, sebuah kajian yang dulunya aku remehkan karena tidak selaras dengan keinginanku, dan sejak mengikuti kajian rutin disana, semakin membawaku pada sebuah kedamaian yang selama ini tidak pernah aku dapatkan, dari kajian itu pula mematangkan keputusanku untuk keluar dari Tim Volly Ball Putri dan dari Tim sejumlah cabang olah raga yang selama ini aku ikuti, bahkan sejak saat itu aku yang tidak mengenakan jilbab akhirnya dengan tanpa paksaan siapapun mulai mengenakan jilbab, bukan saja jilbab segitiga tetapi langsung menggunakan jilbab panjang meskiupn awalnya melewati begitu banyak tantangan, bukan saja dari para siswa yang hadir mencemoohku, tetapi tantangan itu juga datang dari sejumlah Guru-guru yang merasa kecewa dengan keputusanku keluar dari sejumlah tim cabang olah raga, sebab mereka sangat membutuhkan aku dalam memperkuat tim itu, tapi lagi-lagi karena cintaku pada Allah, aku memilih meninggalkan semua itu meskipun awalnya masih sering muncul rasa rinduku dengan kebiasan2ku saat latihan dengan teman-teman, aku sangat bersyukur sekali karena para akhwat dan pembina kami di rohis selalu memberi motifasi dan arahan yang positif padakumi, pun termasuk larangan menggunakan Jilbab saat berfoto untuk kelengkapan berkas ijazah menjelang kelulusan, dan Alhamdulillah, dengan keyakinan yang mapan.., aku selalu berada dibarisan paling depan mempertahankan syariat yang sangat bertentangan dengan aturan sekolah saat itu, termasuk rela diancam akan di D.O atau tidak diikutkan dalam Ujian Nasional bila masih menetang aturan itu, akan tetapi sungguh benar janji Allah, bahwa DIA akan menolong setiap hambanya yang selalu menyediakan waktunya untuk menolong agama-Nya, hingga akhirnya aku dan sejumlah akhwat lainnya mampu melewati masa sulit itu dengan sebuah kemenangan bahwa kami akhirnya dibolehkan menggunakan foto dalam ijazah dengan menggunakan jilbab, demikianlah.. Alhamdulillah hidayah yang diamanahkan oleh Allah padaku membuatku mampu keluar dari masa laluku, kebiasaan-kebiasaanku mapun ketergantunganku pada orang2 tertentu termasuk mampu melupakan Heru dalam sejarah hidupku.., bahkan sikap feminim yang sangat jauh dari hidupku akhirnya perlahan-lahan mulai menghiasi hari-hariku, pokoknya jadi 100% cewek.

Pedengar Nurani yang baik
Perjalanan waktu akhirnya membawaku pada sebuah kehidupan yang Alhamadulillah benar-benar merubahku, setelah menamatkan studiku di SMA dulu aku memilih mengambil kesempatan kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Sulawesi Selatan saat aku dinyatakan lulus tanpa seleksi masuk perguruan Tinggi negeri di sebuah fakultas yang memang aku incar, dan dikampus inilah aku kembali mengukir sejarah indah dalam medan akwah bersama akhwat-akhwatku tercinta, aktif di Lembaga Dakwah kampus, aktif di menghadiri majelis-majelis ilmu dan tabiyah yang intens, bahkan tak kala serunya telah  banyak event2 besar telah aku laksanakan bersama sejumlah akhwat lainnya, Alhamdulillah aku begitu bahagia saat itu, dan dengan semangat yang selalu berkobar itu akhirnya teman-teman akhwatku tercinta memanggilku Ukhti Mujahdah dan nama aida sejak saat itu hilang entah kemana?, saking hampir 99% lingkunagnku bergelut adalah lingkungan dakwah maka nama Mujahidah-lah yang justru sangat melekat dalam diriku, sementara aida tinggalah menjadi sebuah nama kecil yang melekat dikartu identitasku dan juga ijazah2ku.
Alhamdulillah memasuki semester 5 aku telah matang dengan keputusanku menggunakan niqab (Cadar) sementara dari kedua orang tuaku sendiri alhamdulillah tidak terlalu mempersoalkannya sebab dakwah fardiyahku selalu lancar pada mereka, entah itu lewat SMS atau Telepon karena kami terpisah jarak, ataupun saat aku pulang liburan atau pada saat mereka datang menengokku diasrama, bahkan dari mulut mama dan papa sendiri aku dengar bahwa mereka bangga dengan perubahanku saat itu, dan dengan bekal kepercayaan mereka juga akhirnya ke 2 adikkupun diminta sekolah di kota dimana aku kuliah dan aku diminta untuk mengurus mereka, dengan izin Allah yang begitu memberiku banyak kemudahan dalam urusan itu, akhirnya kedua adikkupun kutuntun untuk aktif dalam kajian islam di sebuah yayasan dimana aku bernaung saat itu, Alhamdulillah mereka menjadi rajin ikut tarbiyah dan kegiatan-kegiatan dakwah lainnya, bahkan yang paling membuatku bahagia, bahwa dengan sadarnya kedua adikku menyatakan ingin melanjutkan kuliah di STIBA bila mereka tamat Sekolah nanti, Alhamdulillah...

Pendengar Nurani yang budiman
Hampir 5 Tahun lamanya aku telah melewatkan hidupku di kota ini, dikota dimana aku telah banyak mengukir sejarah disini, bahkan aku sendiri telah berhasil menamatkan S-1ku, tetapi atas permintaan ayah dan ibu aku diminta untuk tetap dikota ini sambil mengurus adik-adikku yang sedang sekolah, dan sbuah kebahagiaan yang luar biasa bagiku saat aku ditelepon oleh seorang akhwat dikampung bahwa ada seorang ikhwah yang berniat ingin mengkhitbah aku, bahkan sang ikhwah sudah menghadap kedua orang tuaku untuk melamar aku secara langsung dihadapan kedua orang tuaku, menurut mut’mainnah akhwat yang menghubungi kala itu, bahwa ikhwah tersebut telah menamatkan S-1 di kota yang sama tempat aku kuliah dulu, ketika kutanyakan aktifitas tarbiyahnya, sang akhwat menyampaikan bahwa sang ikhwah sudah hampir 5 tahun aktif tarbiyah selama kuliah dulu, bahkan termasuk aktifis dikalangan ikhwah, “Alhamdulillah” ujarku dalam hati kala itu, dan dua hari setelah ditelepon akhwat itu tiba-tiba ayah dan ibuku menelponku dan memintaku untuk pulang kekampung dulu, menurut beliau penting sekali. Saat itu meskipun aku sudah bisa memprediksi bahwa maksud permintaan pulang itu karena ada lamaran dari ikhwah untukku namun aku berusaha untuk menekan segala rasa yg timbul saat itu, segalanya aku serahkan kepada Allah, sebab DIA yang telah mengatur segalanya didunia ini, termasuk jodohku.

Pendengar Nurani yang baik
Benar saja, ternyata topik utama maksud mereka memanggilku pulang saat itu adalah karena sebuah pinangan yang telah datang untukku, menurut ayah segala keputusan diserahkan padaku, menolak atau menerima pinangan ikhwah itu, Alhamdulillah dakwah fardiyahku selama ini terbilang berhasil, sebab meskiupn belum tarbiyah tapi ayahku sudah sedikt banyak faham tentang dakwah syar’iyyah, bahkan ayakupun tak lagi memanjangkan celananya dan telah ada tumbuh beberapa helai jenggot didagunya, dan untuk urusan pinangan ini beliau telah faham dengan kriteria lelaki idamanku, makanya beliau menyerahkan segalanya padaku, saat itu karena dikampungku tidak ada yang namanya lembaga pernikahan yang syar’i maka semua proses menuju pernikahan itu dilalui langsung dengan arahan kedua orang tuaku yang sedikit banyak telah faham dengan walimah syar’iyyah, ikhwah yang bernama Abu Hanifah itu diundang kembali oleh ayah untuk membicarakan proses selanjutnya setelah mengantongi izin dariku yang memberikan lampu hijau atas lamaran itu, tetapi yang membuatku sedikt aneh dan janggal, ternyata ayahku tidak lagi melanjutkan ke proses ta’aruf dan nadzor padahal aku ingin sekalu mengenal calon suamiku, menurut ayah itu tak lagi penting karena sang ikhwah menurut papa sudah sangat aku kenal, terkejut aku mendengar semua pernyataan ayah saat itu, betapa tidak, selama aku jadi akhwat hingga hari itu tak ada satu nama ikhwahpun yang aku kenal, apalagi sudah sangat mengenalnya seperti kata ayah, namun demikian aku tetap memutar memoriku untuk sekedar menemukan jawaban dari semua itu, tapi lagi-lagi hasilnya nihil sebab aku tak menemukan bayangan ikhwah manapun dalam benakku, lalu siapa abu hanifah ini?, koq ayah begitu yakinnya menyampaikan padaku bahwa ikhwah itu sangat aku kenal dan telah sangat mengenalku.., hingga akhirnya segala tanda tanya dihatiku itu terjawab sudah manakala sang ikhwah dan ayahnya bersilaturahim kerumah atas undangan ayah, agenda pertemuan hari itu adalah membicarakan hari H pernikahan itu dan ongkos nikah yang disanggupi sang ikhwah untuk melamar aku, dan betapa kagetnya aku saat dibalik pintu tengah rumahku kudapati seorang lelaki yang sangat aku kenal, meskipun kali ini terlihat berbeda karena telah berjenggot lebat, memakai kopiah dan menggunakan busana muslim yang sangat rapi, dadaku bedetak kencang saat itu.., ya Allah..ternyata ikhwah yang bernama abu hanifah itu adalah Heru???!!!, lelaki yang pernah dekat denganku dulu dan akhirnya memutuskan persahabatan itu hanya karena kesalah fahaman??, haruskah aku menerimanya ya Allah setelah kata-kata terakhirnya dulu sebelum berpisah denganku dulu begitu menyakitkan aku..?, ujarku dalam hati saat itu..dan lembaran-lembaran kisah lama yang telah lama kututup rapat2 itu akhirnya terpaksa terkuak kembali, saat itu aku tidak tahu apakah aku harus bahagia atau menyesal, aku menjadi bingung.., sebab meskipun heru pernah sangat dekat denganku, akan tetapi kata-katanya dulu begitu menyakitkan bila aku ingat kembali...ya Allah..apa yang harus aku lakukan?, sementara aku sendiri telah menerima lamaran ikhwah itu?, dan ayah sudah terlanjur menyampaikan jawabanku pada ikhwah dan ayahnya itu?, saat itu hatiku bergemuruh, rayuan dan bujukan syetan mulai memerangi hatiku?, tetapi aku terus berusaha meredamnya dengan kalimat istigfar yang ahirnya membawaku pada sebuah kesadaran bahwa ini adalah rencana Allah, dan aku tidak berhak merusak rencana yang telah tersusun baik atas hidupku, dan hari itu juga jadilah penetapan tanggal pernikahanku, diawal bulan 3 tahun 2008.

Pendengar Nurani yang baik
Rencana Allah memang susah ditebak, siapa sangka ternyata sahabat lamaku, bahkan orang yang sempat aku benci kini telah menjadi suamiku, dan telah memberiku seorang Putra..,sunggu lucu kedengarannya, tetapi nyata aku alami dan telah aku lalui.., aku sendiri dan suami kadang masih terus bertanya NYATAKAH semua ini?, aku yang dulu dikatakannya gadis perkasa karena ke-tomboy-anku, kini bahka telah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya..subhanallah..
Pendengar Nurani yang baik
Demikianlah kisahku dimalam hari ini.., semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidupku ini..
Wassalam

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More