Kamis, 27 Januari 2011

Dibalik Kisah2 Hecker Legendaris


Hacker memang sosok yang banyak menuai kontroversi. Makna Hacker itu sendiri bisa bermacam-macam, sesuai perubahan zaman.

Artikel ini berusaha menampilkan dua sisi hacker, sisi pertama adalah mereka yang menggunakan kemampuan teknisnya untuk mengembangkan dunia teknologi informasi dank computer. Kelompok ini kerap disebut dengan istilah White-Hat Hackers.
Sedangkan di sisi lain adalah mereka yang menggunakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu yang melanggar batas-batas norma dan etika. Inilah kelompok Black- Hat Hackers, kelompok yang sangat dekat dengan kejahatan elekronik.

Namun, sebenarnya dunia hacker tidak hitam-putih, istilah White-Hat dan Black Hat tidak bisa jadi harga mati. Umumnya seorang yang bergerak di bidang computer dan gemar melakukan kreasi dan eksperimen, terutama di bidang keamanan computer, lebih cocok dimasukkan dalam golongan Gray-Hat Hackers, hacker topi kelabu.

Semoga melalui Artikel ini pembaca dapat melihat hacker secara utuh dan memahaminya tanpa prasangka lagi. Bahkan etos hacker sebenarnya merupakan sesuatu yang layak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, selama koridor etikanya dipenuhi, Jadilah seorang hacker!

Aq Ingin Menjadi Seorang Hecker
Ketika pertama kali mengenal computer, rasa ingin tahu menyergap. Begitu banyak hal yang bisa dilakukan oleh sebuah computer, saya bertanya-tanya apa yang menyebabkannya demikian.

Jika sedang iseng, saya akan mengetikkan perintah-perintah yang tidak dikenal oleh computer. Meski selalu dijawab dengan "Bad Command or File Name" saya tidak peduli. Lalu seorang teman menunjukkan bagaimana ia bisa menampilkan namanya setiap kali computer dinyalakan. Dan saya mempelajarinya. menghapal setiap kode yang dibutuhkan untuk menyusun balok-balok putih di layer. Dan ketika saya berhasil menampilkan nama saya di layer, saya sangat bangga.

Kemudian teman saya itu datang lagi dengan kemampuan lain. Ia bisa membuat pertanyaan yang harus dijawab sebelum seseorang bisa menggunakan komputernya. Maka saya pun belajar, saya meneliti setiap baris kode-kode yang digunakannya. Mencoba membuat hal itu.
Kemudian mata saya terbuka. Semua yang bisa dilakukan pada computer, mulai dari mengetik hingga bermain game, merupakan buah kode-kode seperti yang sedang saya pelajari.

Saya pun tahu apa yang ingin saya lakukan kemudian. Saya tahu apa, tetapi ketika itu saya belum tahu namanya. Sejak dulu, saya ingin menjadi seorang hacker. Biarkan mereka tidak mengerti apa-apa saya menghabiskan berjam-jam di depan layer computer. Biarkan mereka bilang saya kurang pergaulan atau introvert. Peduli apa saya dengan mereka? Inilah duniaku, dunia yang tersusun hanya dari angka-angka nol dan satu.

Definisi Hacker
Mencoba mendefinisikan hacker sebenarnya seperti mencoba membuat semua orang tersenyum pada saat yang sama. Sebuah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dengan satu cara saja. Itu sebabnya tak pernah ada hanya satu definisi untuk hacker.
Definisi hacker umumnya terkait dengan beberapa hal, diantaranya ialah:
  1. kemampuan teknis,
  2. kesukaan untuk menyelesaikan masalah,
  3. rasa ingin tahu,
  4. melaumpai batasan-batasan yang ada, baik dalam diri maupun dari lingkungan.
Dalam kamus yang lebih banyak dimengerti orang awam, karena ditegaskan penggunaannya oleh media massa, hacker diartikan sebagai penjahat yang menggunakan computer (cybercrime). Asal-usul kata hacker mungkin tak ada kaitannya dengan kejahatan, tetapi fakta di masyarakat istilah hacker telah begitu terkait dengan kejahatan, sehingga orang lebih mudah menyebut hacker adalah seorang penjahat yang menggunakan kemampuan computer daripada istilah lain.
Dalam komunitas hacker yang bukan penjahat, istilah penjahat computer disosialisasikan dengan sebutan Cracker. Menurut mereka perbedaannya sederhana, hacker membuat sesuatu, sedangkan cracker menghancurkan atau merusaknya.

Manivesto Hacker
Ada semacam romantisme kenakalan remaja pada budaya hacker. Napas-napas pemberontakan yang memikat, sama memikatnya seperti Jim Morisson, Che Guevara, Soe Hok Gie, Chairil Anwar, Iwan Fals, atau Eminem. Romantisme tersebut berasal dari idealisme kebebasan dan rasa ingin tahu. Seperti tercermin dalam dokumen ‘The Conscience of a Hacker’ (Hati Nurani Seorang Hacker) yang dituliskan seorang bernamaThe Mentor. Berikut cuplikan dokumen yang kerap disebut ‘Manifesto Hacker’ itu:



Inilah dunia kami, dunia electron dan switch, beauty of the baud. Kalian menyebut kami penjahat.. karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar, padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus. Kami kalian sebut penjahat.. karena kami gemar menjelajah. Kami kalian sebut penjahat, karena kami mengejar ilmu pengetahuan. kami ada tanpa mengejar ilmu pegetahuan. Kami ada tanpa warna kulit, tanpa kebangsaan, tanpa bias agama.. tapi bagi kalian kami penjahat. Kami adalah penjahat... sedangkan kalianlah yang membuat bom nuklir, mengobarkan peperangan, membunuh, berbuat curang, berbohong, dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami.Ya, aku adalah penjahat. Kejahatanku adalah keingintahuanku. Kejahatanku adalah menilai orang berdasarkan perkataan dan pikiran mereka, dan bukan berdasarkan penampilan mereka. Kejahatannku adalah menjadi lebih pintar dari kalian, sebuah dosa yang tak akan bisa kalian ampuni Aku adalah hacker, dan inilah menifestoku. Kau bisa menghentikan satu,tapi kau tak bisa menghentikan semuanya, bagaimanapun juga, kami semua sama.(The Mentor,1986)


Kemampuan VS Penampilan
Lebih dari semua tindak-tindak dan ciri budaya itu, menjadi seorang hacker berarti memiliki kemampuan tertentu. Dan kemampuan itu, keahlian itu, tak bisa tergantikan oleh apapun. Keahlian adalah emas bagi para hacker.
Seorang yang diakui sebagai hacker, baik dalam arti baik maupun buruk, selalu seseorang yang memiliki kemampuan ‘menakjubkan’ Bagaikan ahli-ahli kungfu dalam cerita-cerita silat dari mandarin, seorang hacker dengan kemampuan tertinggi biasanya justru tidak sesumbar.

Hacker paling tidak harus menguasai lebih dari satu bahasa pemrograman. Dan bahasa pemrograman yang dikuasainya disarankan bukan ‘Basic’ .Ada banyak bahasa pemrograman yang bisa dikuasai hacker, mulai dari Pyhton, Java, Lisp, Perl, hingga C dan C++. Masing-masing membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk dikuasai.
Dalam dunia yang semakin terhubung, karena internet yang semakin merasuk dalam kehidupan manusia, hacker juga harus memahami cara kerja jaringan internet. Bahasa HTML (hypertext markup language) harus menjadi semacam ‘bahasa ibu’ bagi mereka.
Seorang hacker tanpa kemampuan, tetapi kerap sesumbar di forum-forum online, hanyalah ‘tong kosong’ yang bising dan menganggu. ’Hacker palsu’ ini biasanya akan bernasib tragis: dipermalukan seumur hidup atau ‘mati’ tanpa pernah diingat.

Tanpa Jenderal, Tanpa Presiden
Dunia para hacker adalah komunitas ’ada dan tiada’. Anda tak akan menemukan ‘kartu anggota komunitas hacker dunia’ tapi mereka benar-benar ada. Anggotanya diakui oleh sesamanya dan mereka tak peduli apakah orang-orang lain mengakui hal yang sama. Kadang, mereka bahkan tak mau disebut sebagai hacker.
Tak ada pimpinan di dunia hacker, baik de faco maupun de jure . Linus Torvalds, misalnya, meski memimpin pengembangan kernel (bagian paling inti) sistem operasi Linux, bukan seorang pemimpin komunitas hacker. Jika Linus ’mati’ ada ribuan lain yang siap menggantikannya.

Para pemimpin dalam dunia hacker, mereka yang kata-katanya berpengaruh besar, kerap kali adalah orang-orang yang tak mau jadi pemimpin. Oleh karena itu jarang sekali mereka bertindak otoriter dan membuat sebuah keputusan dengan pertimbangan pribadi saja. Selalu ada aura kebebasan dalam setiap perkataan mereka, sekeras apapun pertanyaan itu. Komunitas seakan selalu diberi pilihan: ’Anda boleh ikuti saya, boleh juga tidak’. Ada satu ungkapan yng cukup terkenal dalam komunitas hacker, ’Show me the code’ Artinya, tunjukkan padaku kode (pemrograman) yang telah kamu buat. Ungkapan ini menegaskan dua hal: 1. bahwa hacker dinilai berdasarkan keahliannya membuat kode program, dan 2. bahwa kode program seharusnya tidak terkunci tapi dapat ditunjukkan pada masyarakat luas.

Jika ada anggota komunitas yang membabibuta menyerang pihak tertentu, misalnya Microsoft, kepadanya akan dikatakan ‘show me the code’.Ini adalah sebuah pertanyaan, apakah ia pernah berbuat sesuatu yang kongkrit untuk melawan Microsoft dengan membuat kode program yang mampu menyaingi Microsoft. Jika tidak, sebaiknya orang itu diam dan kembali bekerja.

Di kutip dari buku karya Wicak Hidayat dan Yayan Sopyan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

eehmmm.... jadi lebih termotivasi ne....

thanks sob...

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More