Jumat, 11 Juli 2014

Selain Larang Shalat, China Paksa Muslim Uighur Buka Puasa

Pemerintah Cina di Provinsi Turkistan Timur (Xinjiang), memaksa masyarakat Uighur Muslim untuk membatalkan puasa mereka, setelah itu menyatakan ibadah di bulan suci Ramadhan dilarang.
Seorang mahasiswa Muslim, yang minta dirahasiakan identitasnya, di kota Kashgar, menjelaskan bahwa pemerintah China meningkatkan pembatasan ibadah selama bulan Ramadan, termasuk larangan shalat dan puasa.
“Ketika mereka melihat kami sedang berpuasa, mereka memaksa kami untuk berbuka puasa. Ketika kami menolak untuk berbuka puasa, mereka mengancam untuk mengusir kami dan tidak memberi kami diploma,” kata mahasiswa tersebut.

Lebih dari itu, kamar asrama diperiksa pada saat sahur untuk memeriksa siapa yang makan. Mereka yang ditemukan sedang makan sahur akan di masukkan ke dalam daftar hitam.
Pada siang hari, staf sekolah membagikan makanan dan air kepada mahasiswa, lalu memaksa mereka untuk mengkonsumsinya di depan mereka.
Restoran juga dipaksa tutup saat jam buka puasa, mereka yang tidak mau menutup restorannya akan menghadapi denda.
Namun, meskipun mereka menghadapi resiko, beberapa siswa Uighur tetap terus berpuasa.
Turkestan Timur yang letaknya strategis di perbatasan Asia Tengah kaya dengan sumber daya alam, Turkistan Timur juga sangat penting untuk pertumbuhan kebutuhan energi China. Analis mengatakan, meskipun kekayaan mineral dan telah dilakukan investasi miliaran dolar, namun banyak dari hasilnya hanya dinikmati oleh mayoritas Han China, hal itu memicu kebencian di antara rakyat Uighur.
Kelompok hak asasi manusia juga mengeluhkan bahwa rakyat Uighur – yang berbicara bahasa Turki – terputus dari pembangunan ekonomi, karena mereka mendapatkan diskriminasi dalam pekerjaan, dengan membiarkan masuknya pekerja migran dari wilayah lain China.
Diperkirakan sekitar 10 juta orang Turki Uighur hidup di Turkestan Timur bersama  etnis China Han yang dimigrasikan ke daerah itu secara massal. Muslim Uighur Turki, telah menghadapi penindasan agama di tanah air mereka, yang berada di bawah pendudukan China.
Selama beberapa dekade, Uighur Turki telah mengalami kebijakan-kebijakan yang menindas seperti pengasingan, aborsi paksa dan eksekusi mati. Pada tahun 2009, ketegangan etnis memuncak di kawasan itu, bentrokan antara suku Uighur dan China Han mengakibatkan sekitar 200 orang tewas.
Ratusan warga Uighur telah melarikan diri dari tanah air mereka karena ketegangan baru-baru ini, yang diperkirakan berpotensi untuk lepas kendali.
Sumber: worldbuuletin/kiblat

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More